Jakarta, OtoDiva – Industri otomotif global tengah bergerak cepat menuju era kendaraan pintar. Menurut laporan Counterpoint Research, penetrasi Advanced Driver Assistance Systems (ADAS) dan kendaraan otonom diproyeksikan naik dari 65% pada 2025 menjadi 94% pada 2035. Dari jumlah itu, kendaraan dengan tingkat otonomi Level 3 ke atas diperkirakan mencapai 24% pada 2035. Angka ini menunjukkan bagaimana mobilitas masa depan akan semakin bergantung pada teknologi kecerdasan buatan untuk keselamatan dan kenyamanan.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh dua faktor utama: peningkatan teknologi dan perubahan preferensi konsumen. Banyak pengguna kini menaruh perhatian lebih pada fitur keselamatan aktif dan kenyamanan berkendara. Selain itu, percepatan inovasi di sektor chip otomotif, sensor, dan software semakin memperbesar peluang adopsi kendaraan otonom, baik untuk kendaraan pribadi maupun layanan robotaxi.
Namun, pertumbuhan cepat ini juga memunculkan sejumlah tantangan. Regulasi terkait ADAS, kesiapan infrastruktur, serta penerimaan masyarakat menjadi faktor kunci yang akan memengaruhi laju adopsi. Beberapa negara masih menekankan prinsip kehati-hatian, termasuk China, yang meski menjadi motor utama adopsi ADAS global, tetap memberi batasan ketat pada uji coba dan peluncuran kendaraan otonom tingkat lanjut.
Baca Juga: GWM Perkenalkan Ora 5, SUV Listrik Penantang BYD Atto 3
China Jadi Pusat Inovasi Mobilitas
China diprediksi akan memimpin perkembangan kendaraan otonom global hingga 2035. Penetrasi ADAS Level 2 ke atas di negara tersebut diperkirakan melampaui 95%. Level 2+ yang memungkinkan pengemudi melepas tangan di jalan tol atau area tertentu dengan tetap bertanggung jawab penuh, menjadi fitur populer di pasar domestik. OEM lokal memanfaatkannya untuk menarik konsumen dengan biaya terjangkau, sementara pengguna merasa mendapatkan nilai lebih dari sisi kenyamanan dan keamanan.
Meski begitu, ADAS sendiri sudah perjalanan menuju Level 3 dan Level 4 tidak semulus yang dibayangkan. Insiden kecelakaan mobil Xiaomi yang menelan korban jiwa, disusul hasil uji coba jalan raya yang memperlihatkan kelemahan merek lokal seperti BYD dan Huawei, mendorong regulator memperketat aturan. Pemerintah bahkan membatasi penggunaan istilah pemasaran seperti “autonomous” dan “smart driving” untuk mencegah klaim berlebihan.
Kondisi ini membuat adopsi Level 3 dan Level 4 berjalan lebih lambat, dengan prediksi hanya 10% kendaraan yang dilengkapi teknologi tersebut pada 2030. Meski demikian, uji coba robotaxi di kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou terus melaju dengan dukungan pemerintah. Armada taksi otonom ini menjadi laboratorium nyata bagi pengembangan teknologi, yang nantinya diperkirakan akan merembes ke pasar kendaraan pribadi.
Tantangan Regulasi dan Prospek Global
China bukan satu-satunya pemain dalam lanskap kendaraan otonom. Amerika Utara dan Eropa juga mencatat pertumbuhan signifikan, meski dengan pendekatan berbeda. Di Amerika, perusahaan teknologi dan otomotif fokus pada integrasi AI dan ekosistem layanan, sementara Eropa lebih menekankan pada aspek regulasi ketat dan standar keselamatan yang tinggi. Dengan demikian, peta global kendaraan otonom pada 2035 kemungkinan akan dipengaruhi oleh variasi kebijakan antarwilayah.
Laporan Counterpoint juga menyoroti bahwa penetrasi global sebesar 94% tidak berarti kendaraan sepenuhnya otonom akan mendominasi jalanan. Sebagian besar pasar tetap akan bergantung pada ADAS tingkat menengah seperti Level 2+, sementara Level 3 dan ke atas menjadi pelengkap di segmen premium atau armada komersial. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi teknologi tidak hanya ditentukan oleh kesiapan teknis, tetapi juga oleh penerimaan konsumen terhadap harga, risiko, dan manfaatnya.
Ke depan, arah industri akan sangat ditentukan oleh keseimbangan antara inovasi dan regulasi. China memilih jalur bertahap dengan menekankan keselamatan, sementara negara lain mungkin lebih agresif atau konservatif sesuai konteks masing-masing. Apapun jalannya, 2035 diperkirakan akan menjadi titik penting di mana mobilitas global bertransformasi secara besar-besaran—dari sekadar berkendara manual menuju era kendaraan yang makin pintar, aman, dan terhubung.