Dengan memiliki kendaraan pribadi, beberapa orang merasa mudah dalam bermobilitas keluar. Sehingga, saat ini sebagian besar penduduk perkotaan memiliki kendaraan masing-masing. Perparkiran di DKI Jakarta telah muncul sejak masa-masa awal kemerdekaan. Setidaknya sejak tahun 1950-an, di jakarta telah ada pihak-pihak yang mengelola parkir dijalan-jalan.
Kegiatan parkir tumbuh secara alamiah pada masa itu dari penduduk setempat dan belum ada ketentuan perundangan yang mengatur pengelolaan perparkiran. Beberapa negara di dunia memiliki sistem parkir yang berbeda-beda. Nah, dibawah ini ada beberapa negara yang memiliki sistem perparkiran yang unik. Simak faktanya yang telah dirangkum Otodiva.com untuk Anda!
Negara pertama yang memiliki sistem parkir unik di dunia adalah Hongkong. Hongkong memberlakukan sistem parkir yang tertib agar lalu lintas lebih tertata dan keamanan tetap terjaga. Karena bentuk kotanya yang lebih banyak townhouse (apartemen) daripada rumah (landed house), sehingga menyulitkan warga untuk memiliki mobil, apalagi parkir. Mereka yang berpenghasilan tinggi pasti punya solusi untuk parkir mobil yaitu di gedung tempat parkiran. Tarif yang ditetapkan juga bervariasi, dari jam, dari hari ke bulan. Tarif per jam berkisar antara Rp 35.000 hingga Rp 50.000, tarif harian Rp 280.000 hingga Rp 350.000, sedangkan tarif bulanan Rp 3.000.000. Rp 9.000.000. Atau, jika Anda berpikir untuk membeli tempat parkir, ada juga yang dijual seharga Rp 9 billion! Harga ini tercatat sebagai harga parkiran termahal di dunia.
Negara selanjutnya yaitu, Prancis. Sistem Parkir Otomatis atau APF (Automatic Parking Facility) ada di Paris atas dasar kebutuhan akan ruang parkir yang semakin terbatas. Terlihat dan berfungsi seperti gedung beton bertingkat yang dilengkapi dengan lift khusus yang dapat menyimpan dan mengangkut mobil ke lantai atas dan kemudian petugas memarkirnya secara manual. However, dengan berkembangnya teknologi, jenis parkir ini kini dikendalikan secara otomatis.
Jepang menjadi negara yang unik juga dalam sistem parkirnya, sekitar 72 juta sepeda dimiliki oleh penduduk Jepang dan mengisi lalu lintas Jepang sebanyak 14%. Sedikit terbalik dari APS, sistem parkir sepeda di Jepang menggunakan penyimpanan di bawah tanah.
Final, ada Indonesia. Tepatnya pada 24 Desember 2013, jalan Braga resmi ditanamkan tiga alat parking meter. Dengan memasukkan uang koin sesuai dengan tarif yang berlaku dan sesuai dengan lamanya parkir, maka tiket parkir pun akan keluar secara otomatis. Mesin ini tidak hanya membantu ketertiban parkiran di pinggir jalan, namun juga membantu pemasukan pendapatan daerah sehingga kota yang bersangkutan pun akan menerima lebih banyak pendapatan dan rakyatnya bisa lebih sejahtera.