Otodiva.id — Mengutip data Kepolisian RI tahun 2023, penyebab kecelakaan terbesar adalah faktor manusia yang menempati 61% terutama terkait dengan kemampuan dan karakter pengemudi lalu disusul disebabkan faktor prasarana dan lingkungan (30%) dan disebabkan faktor kendaraan (9%).
Di acara GIIAS 2024 di ICE BSD, Banten yang berakhir hari ini, selain menghadirkan berbagai model terbaru dan promo menarik, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) juga menggelar sesi edukasi yang diberikan dalam Coaching Clinic bersama Rifat Sungkar.
Selain sebagai brand ambassador Mitsubishi, Rifat yang mantan pembalap nasional yang kaya pengalaman di berbagai turnamen internasional, suami dari Sissy Priscillia ini juga duta Safety Driving.
Rifat memaparkan Bagaimana Mengenudi dengan Aman dan Eco Friendly. Menurutnya dalam mengemudi, pengguna jalan raya tidak tidak bisa dibedakan gender. “Tapi antara perempuan san laki-laki ada perbedaan mental dan kepekaan ketika mengendari mobil. Ini berdasarkan psikologi mengemudi yang saya pelajari di Belanda dalam peran saya sebagai duta safety driving,” jelasnya.
Lebih jauh dia menerangkan, mengingat laki-laki sering diberikan kewajiban mengemudi, sehingga saat mengemudi merasa jadi leader. “Perempuan disuruh mengemudi bukan jadi leader tapi keharusan,” tegasnya.
Hanya itu perbedaan laki-laki dan perempuan dalam memengemudi kendaraan. Jadi secara keseluruhan, mengemudi dengan aman dan eco friendly, yang harus diperhatikan baik laki-laki maupun perempuan sama.
Rifat mengatakan ada tiga hal utama penyebab kecelakaan yaitu Pengguna Jalan, Kendaraan dan Lintasan (kondisi jalan). Mengamini data kepolisian terkait penyebab kecelakaan terbesar, Rifat menambahkan, untuk itu pengemudi harus ditingkatkan skill dan awareness-nya dalam berkendara.
“Ada 4 penyebab kecelakaan diakibatkan manusia: Pengemudi tidak dapat menguasai kendaraannya; Pengemudi kehilangan kesadaran; Pengemudi tidak dapat memahami jalan dan lingkungannya dan Pengemudi tidak dapat memahami gerakan pengguna jalan lain,” ungkapnya.
Lalu apa saja yang harus dilakukan untuk mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya? Ini arahan Rifat, Pertama: FOCUS yaitu dengan mengemudi dalam keadaan sadar, pandangan jauh kedepan dan seluas-luasnya dan tidak Menggunakan HP saat berkendara. Kedua: CONTROLS dengan jaga kecepatan, jaga jarak aman dan mematuhi rambu-rambu.
“Kita juga harus pahami bagaima eco driving, caranya? Dengan menghindari muatan yang berlebihan; Periksa tekanan ban menggunakan alat ukur; Injak pedal gas secara perlahan; Gunakan transmisi sesuai kondisi jalan; Gunakan bahan bakar yang sesuai; Injak pedal gas secara perlahan; Gunakan transmisi sesuai kondisi jalan; Gunakan bahan bakar yang sesuai dan Hindari pengereman yang tidak perlu,” papar Rifat.
Menurut Rifat, perempuan cenderung “eco driving” terutama dilihat dari perawatan mobil perempuan itu lebih rapi dari laki-laki. “Untuk mengemudi kelemahan perempuan dibanding laki laki adalah sensitivitas dalam hal kecepatan. Banyak perempuan tidak bisa rasain sekarang ada di speed berapa. Saya punya tante, yang dia lakukan hanya gas pol, dia tidak tahu berapa kecepatan sebenarnya. Ternyata dia tidak sensitif kecepatan mobilnya, makanya gasnya saya ganjel setengah di bengkel saya,” jelasnya.
Teryata hal itu secara alami, lanjutnya, sensitivitas perempuan terhadap kecepatan jadinya perempuan lebih safety itu karena dia jadi lebih safety. “Reaction time-nya lama, perempuan hampir 5 detik, kalau laki-laki 2-3 detik,” ungkapnya.
Menariknya, Setiawan Jaya, Product Planning MMKSI menjelaskan mobil di bawah merek Mitsubishi, memiliki safety fitur yang lengkap. Rifat pun menambahkan Mitsubishi Xforce dan Xpander, misalnya, memahami market pasar di Indonesia lebih banyak perempuan, MMKSI menghadirkan mobil yang se-frienly mungkin dengan perempuan, setir enteng, remnya enteng, dan laci banyak banget.
“Xforce ini beda dengan Xpander, safety fitur sebenarnyasama, hanya saja ada driving mode di Xforce, audio lebih baik di Xforce, ini seakan membuatmobil ini lebih dipakai sering sendiri jadi dibuat lebih nyaman. Kenyamanan ini jadi safety. Kalau mobil nyaman dan enak posisi duduk bener, setir mobilnya akan jauh lebih baik,”jelasnya.
Rifat juga konsern pada kecelakaan tinggi yang dialami pengendara pelajar. “Saya tidak pernah berhenti berusaha ke kementerian pendidikan agar ini bisa memasukan safety driving dalam kurikulum,” ujarnya. Dia mengajak kifa meningkatkan kesadaran bahwa jalan raya bukan hanya milik sendiri tapi milik bersama.
“Saya pembalap, resikonya tinggi karena kecepatan tinggi. Tapi safety device saya 5 kali lipat. Yang lain tentu tidak seperti itu,” tandasnya pria yang punya program safety driving goes to school ini. Rifat juga mengingatkan peran orang tua untuk mendidik anak supaya mereka tahu hak dan kewajiban dalam berkendara.