Pameran otomotif terbesar Indonesia—GIIAS 2025—yang baru kelar digelar pada 3 August 2025 kemarin tak hanya soal mobil baru dan teknologi mutakhir. Di balik sorotan utama, satu cerita mencuri perhatian: Industri Kecil dan Menengah (IKM) binaan Yayasan Astra mencetak transaksi rantai pasok Astra Group senilai Rp4,5 triliun sepanjang tahun 2024.

Digelar selama 11 hari dan berakhir pada 3 August 2025, GIIAS berhasil menarik 485.569 pengunjung—melampaui angka tahun lalu yang mencapai 475.084 orang. Di tengah hiruk pikuk pameran otomotif, kehadiran Yayasan Astra – Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)membawa angin segar dengan mengusung tema: “Yayasan Astra untuk UMKM dan IKM Indonesia.”

Paviliun Astra menampilkan berbagai produk dari UMKM dan IKM binaannya. Mulai dari sektor manufaktur, bengkel roda empat, kuliner, kerajinan, hingga pertanian bernilai tambah.

Yang paling mencolok, tentu capaian sektor manufaktur. Throughout 2024, nilai transaksi rantai pasok dari IKM binaan YDBA ke ekosistem Grup Astra mencapai Rp4,5 triliun. Ini bukan sekadar angka, tapi representasi dari ribuan pelaku IKM yang berhasil menembus pasar industri besar.

Setiap tahun, YDBA membina lebih dari 2.000 UMKM aktif, menyerap sekitar 11.800 tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

Cerita Nyata: Dari 10 Karyawan Jadi 80

Imron Hanafi, pemilik PT Besq Sarana Abadi, adalah salah satu contoh nyata dampak pembinaan Astra. Memulai usaha pada 2020 sebagai generasi kedua, Imron hanya memiliki 10 until 15 employee. Setelah tiga tahun didampingi YDBA, jumlah karyawan melonjak jadi 80 orang.

“Awalnya kami hanya produksi komponen roda dua. Sekarang sudah masuk roda tiga dan roda empat,he said. Imron juga bercerita bahwa omzet perusahaannya kini naik 3–4 kali lipat.

Tak hanya pendampingan teknis, Imron mendapat pelatihan di Jepang pada Januari 2025. Ia juga berkesempatan mengikuti business matching yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian dan KADIN.

Menurut Tonny Sumartono, Advisor YDBA, menjadi bagian dari IKM binaan Astra berarti harus siap tumbuh. “Kami tidak memberi ikan, tapi kail. Pembinaan kami dimulai dari mentalitas wirausaha, lalu berlanjut ke pelatihan teknis dan manajerial,” jelasnya.

YDBA menanamkan nilai-nilai Catur Dharma Astra sejak awal. Pendekatan ini bertujuan agar pelaku IKM tidak hanya berkembang dari sisi produksi, tapi juga menjadi pelaku bisnis yang tangguh dan mandiri.

Jaringan Nasional yang Terintegrasi

Hingga akhir 2024, Yayasan Astra telah membina 13.663 UMKM yang tersebar di berbagai sektor. Penyerapan tenaga kerja mencapai 75.451 orang, menunjukkan dampak riil program ini terhadap ekonomi lokal.

Untuk menjangkau lebih banyak pelaku usaha, YDBA memiliki 18 Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) di seluruh Indonesia, termasuk di Jakarta Timur, Banyuwangi, Solo, Bandung, Tangerang, Bontang, hingga Manggarai Timur, NTT. Besides that, dua proyek pembinaan khusus berjalan di Salatiga dan Batangtoru, Tapanuli Selatan. LPB ini merupakan kepanjangan tangan YDBA dalam membina UMKM binaannya.

YDBA dibentuk oleh pendiri Astra, William Soeryadjaya, since 1980. Filosofinya jelas: “Berikan kail, bukan ikan.” Komitmen ini juga tercermin dalam butir pertama Catur Dharma Astra: “Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.”

Program YDBA tidak terbatas pada UMKM yang masuk rantai pasok Astra. Mereka juga membina pelaku usaha di sektor pertanian, kerajinan, hingga kuliner. Even, ada komunitas Advance Club, yaitu alumni binaan yang kini menjadi “ayah angkat” bagi UMKM baru lainnya.

Rahmat Samulo, Ketua Pengurus YDBA, mengatakan partisipasi Yayasan Astra – YDBA di GIIAS 2025 bukan sekadar unjuk gigi. Ini adalah bagian dari strategi mendorong pertumbuhan ekonomi dari akar rumput. “Produk-produk yang dipamerkan telah melewati proses kurasi dan pelatihan ketat. Mereka bukan hanya layak tampil, tapi juga siap bersaing di pasar nasional maupun internasional,"He said.

Kolaborasi Jadi Kunci

Selain pelatihan dan pembinaan, kekuatan program ini juga terletak pada kolaborasi. YDBA menggandeng pemerintah daerah, asosiasi industri, hingga lembaga pendidikan untuk memastikan UMKM mendapat akses yang luas.

“Kolaborasi adalah kunci agar program berjalan berkelanjutan,” ujar Ema Poedjiwati Prasetio, Sekretaris Pengurus YDBA.

Dia juga menambahkan bahwa target berikutnya adalah mendorong lebih banyak IKM masuk pasar ekspor. “Banyak dari mereka sudah layak ekspor, tinggal penguatan standar dan kemasan,” jelasnya.

Bukan mimpi kalau pelaku usaha kecil hari ini bisa jadi pemain besar di masa depan. Astra telah membuktikan itu, dan ke depan, peluang serupa bisa terbuka bagi lebih banyak IKM lainnya.

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version