雅加达, Otodiva – Penjualan 比特 dan Denza menjadi salah satu indikator menarik. Penjualan kumulatif yang cukup tinggi di tengah kondisi pasar yang menantang menunjukkan bahwa strategi mereka, mulai dari diversifikasi produk hingga menghadirkan opsi harga yang agresif, mulai mendapat respon positif dari konsumen.
Pasar otomotif Indonesia tahun ini masih menghadapi tantangan, mulai dari pelemahan daya beli konsumen hingga persaingan ketat antar merek. 即便如此, segmen kendaraan listrik (ev) justru mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Merek-merek baru terus bermunculan, menawarkan berbagai model dengan harga dan fitur yang semakin kompetitif. Salah satu pemain yang mencuri perhatian adalah BYD, produsen otomotif asal Tiongkok yang juga membawa merek premium Denza ke Indonesia.
Tren adopsi kendaraan listrik di Indonesia tidak lepas dari dukungan pemerintah. Program insentif, pengembangan infrastruktur pengisian daya, serta kampanye kendaraan bebas emisi menjadi faktor pendorong utama. Meskipun penetrasinya masih relatif kecil dibandingkan mobil bermesin pembakaran, peningkatan kesadaran konsumen dan pilihan produk yang semakin beragam membuat pasar EV semakin menarik bagi produsen global.
也阅读: Kasus ADAS Tesla, Pembelaan Juri Guncangkan Persidangan
Capaian Penjualan dan Strategi Produk

Menurut data yang dibagikan Head of PR & Government BYD Indonesia, Luther T Panjaitan, total penjualan BYD dan Denza dari Januari hingga Juli 2025 mencapai 22.600 单元. BYD mendominasi kontribusi penjualan, sementara Denza yang berada di segmen premium juga mencatat pertumbuhan signifikan. Capaian ini disebut menjadi bukti bahwa kedua merek mampu menjangkau konsumen di segmen yang berbeda namun sama-sama potensial.
Selama ajang GAIKINDO Indonesia International Auto Show (giias) 2025, BYD dan Denza membukukan penjualan sebanyak 4.195 单元. Angka ini terbilang tinggi mengingat sejumlah pengamat sebelumnya memprediksi penjualan kendaraan akan melambat akibat daya beli masyarakat yang masih tertekan. Salah satu langkah strategis yang dinilai memberi dorongan adalah peluncuran model terbaru BYD Atto 1, yang dibanderol di bawah Rp200 juta—harga yang jarang ditemui di segmen mobil listrik.
Tantangan Pasar dan Prospek Kendaraan Listrik

Meski catatan penjualan terlihat impresif, tantangan pasar tetap ada. Salah satunya adalah kekhawatiran konsumen terkait infrastruktur pengisian daya yang belum merata di seluruh daerah. BYD menilai bahwa komitmen pemerintah dalam memperluas jaringan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) akan sangat membantu mempercepat adopsi. Luther menyebut, penerimaan konsumen terhadap EV di Indonesia sudah mulai membaik, namun butuh konsistensi dalam pembangunan ekosistem pendukungnya.
Dari perspektif industri, keberhasilan BYD dan Denza dapat menjadi contoh bagi produsen lain yang ingin masuk atau memperluas pasar EV di Indonesia. 然而, tidak sedikit analis yang mengingatkan bahwa keberlanjutan penjualan perlu diuji dalam jangka panjang, terutama ketika insentif pemerintah mulai berkurang dan persaingan di segmen harga terjangkau semakin ketat. Faktor layanan purna jual, kualitas produk, dan edukasi konsumen juga akan menjadi penentu apakah momentum positif ini dapat dipertahankan.