Jakarta, OtoDiva – Mobil F1 mungkin terlihat kecil jika hanya dilihat dari kapasitas mesinnya yang sekitar 1.600cc atau setara 1,6 liter. Tapi jangan tertipu. Dalam dunia otomotif, performa tidak selalu ditentukan oleh besar-kecilnya angka tersebut. Faktanya, mobil F1 bisa melaju lebih dari 350 km/jam dan menyaingi kecepatan jet tempur saat start awal. Lalu, apa rahasianya?
Performa luar biasa dari mobil Formula 1 bukan sekadar soal tenaga kuda (horsepower), tapi kombinasi dari rekayasa teknik tingkat tinggi, efisiensi energi, hingga aerodinamika ekstrem. Dalam dekade terakhir, tim-tim F1 juga telah menyempurnakan penggunaan teknologi hybrid yang jauh lebih canggih dibandingkan mobil jalanan biasa. Mesin 1.6 liter tersebut bukanlah mesin konvensional, tapi bagian dari power unit hybrid turbocharged yang sangat kompleks.
Di balik semua itu, terdapat tujuan besar: menciptakan kendaraan tercepat di lintasan balap dengan efisiensi maksimal, sambil tetap mematuhi regulasi FIA yang semakin ketat terkait lingkungan dan batas penggunaan bahan bakar. Maka tak heran jika walau secara kapasitas terlihat kecil, mobil F1 menjadi simbol puncak dari rekayasa otomotif modern.
Baca Juga: Ferrari Diam-Diam Amati Xiaomi SU7, Siap Luncurkan Mobil Listrik Pertamanya 2026?
Gabungan Mesin Turbo dan Sistem Hybrid Canggih

Sejak era 2014, F1 resmi beralih dari mesin V8 konvensional ke mesin 1.6 liter V6 turbo hybrid. Di atas kertas, kapasitasnya terdengar biasa—bahkan kecil dibandingkan banyak mobil sport. Namun, teknologi di dalamnya sangat berbeda. Mesin ini dikombinasikan dengan dua sistem pemulihan energi: MGU-K (Kinetic) dan MGU-H (Heat), yang menyimpan dan mendistribusikan energi dari pengereman dan panas knalpot ke baterai. Energi ini kemudian digunakan untuk memberi dorongan tambahan saat dibutuhkan, mirip dengan sistem KERS yang pernah digunakan sebelumnya, tapi jauh lebih canggih.

Keunggulan sistem ini adalah kemampuannya menghasilkan output tenaga hingga 1.000 horsepower—angka yang jauh melebihi mobil sport biasa dengan kapasitas mesin dua kali lipat. Dan semua itu dihasilkan tanpa harus membakar lebih banyak bahan bakar. Bahkan, dengan batas penggunaan bahan bakar sekitar 100 kg per balapan, mobil F1 tetap bisa melesat lebih dari 300 km/jam.
Namun, teknologi ini tidak murah. Biaya riset dan pengembangan power unit hybrid F1 mencapai ratusan juta dolar per tahun, sehingga tidak semua tim bisa bersaing secara merata. Ini juga menjadi salah satu kritik terhadap regulasi mesin saat ini yang dinilai terlalu kompleks dan mahal untuk tim kecil.
Aerodinamika dan Bobot Ultra-Ringan Jadi Kunci

Selain dari sisi mesin, aerodinamika dan bobot kendaraan juga memainkan peran vital. Mobil F1 dirancang sedemikian rupa agar dapat “menempel” ke lintasan (downforce) sambil tetap meminimalisir hambatan angin (drag). Ini memungkinkan mobil melaju sangat cepat di tikungan tanpa kehilangan traksi. Setiap lekukan pada bodi mobil, dari sayap depan hingga diffuser belakang, dihitung secara presisi lewat simulasi komputer dan pengujian terowongan angin.
Bobot juga sangat diperhatikan. Secara total, mobil F1 harus memiliki berat minimum sekitar 798 kg (termasuk pembalap dan bahan bakar). Dengan rasio tenaga terhadap berat seperti ini, mobil F1 jauh lebih efisien dan cepat dibanding mobil supercar produksi massal. Akselerasi dari 0 ke 100 km/jam hanya butuh sekitar 2,5 detik, bahkan bisa lebih cepat tergantung kondisi lintasan.

Namun, aerodinamika ekstrem ini juga membuat mobil F1 tidak cocok di jalan umum. Ground clearance yang sangat rendah, suspensi super kaku, dan kebutuhan akan suhu optimal di ban dan rem membuat mobil ini hanya maksimal di sirkuit.
Kecepatan mobil Formula 1 bukan datang dari kapasitas mesin besar, tapi dari teknologi efisiensi tinggi yang memadukan turbocharger, hybrid system, aerodinamika mutakhir, dan manajemen energi tingkat tinggi. Mesin 1.6 liter di F1 mungkin kecil secara volume, tapi menyimpan potensi luar biasa berkat teknologi yang terus dikembangkan selama bertahun-tahun.
Meski begitu, tidak semua pihak setuju. Beberapa fans dan mantan pembalap menganggap era mesin hybrid terlalu rumit dan tidak memberikan suara yang “menggugah” seperti era V10 atau V12. Di sisi lain, FIA dan pabrikan melihat ini sebagai arah masa depan: kecepatan tinggi dengan emisi rendah dan efisiensi bahan bakar maksimal.
Dengan regulasi 2026 yang akan kembali mengubah format power unit menghilangkan MGU-H dan meningkatkan porsi tenaga listrik, dan mobil F1 tampaknya akan semakin cepat dan efisien. Tapi yang jelas, mobil F1 bukan sekadar kendaraan balap biasa, Ini layaknya laboratorium berjalan, tempat teknologi otomotif paling mutakhir diuji sebelum akhirnya mungkin diturunkan ke mobil yang kita kendarai sehari-hari.